BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan saat ini, menempatkan bahasa Inggris sebagai bahasa pergaulan Internasional. Dalam posisinya yang seperti itu, bahasa Inggris merupakan bahasa ilmu pengetahuan dan teknologi, karenanya tanpa kemampuan berbahasa Inggris akan menyulitkan seseorang berkomunikasi dalam pergaulan dunia yang semakin terbuka, cepat dan berkembang pesat.
Pendidikan bahasa Inggris sesungguhnya diajarkan bukanlah dengan tujuan agar siswa memahaminya sebagai sejenis pengetahuan, sehingga terkesan seolah-olah siswa itu tengah disiapkan untuk menjadi seorang ahli bahasa Inggris. Akhirnya, siswa akan dijejali oleh sejumlah perangkat, aturan, dan hukum-hukum tata bahasa yang mesti dihafalnya di luar kepala, tidak mempergunakannya dalam suatu pengalaman berbahasa. Padahal, dalam kenyataannya, pendidikan bahasa Inggris merupakan suatu bidang studi yang membutuhkan pengaplikasian berbahasa yang nyata dalam kehidupan sehari-hari, karena kompetensi yang diminta didalamnya adalah mampu berbahasa Inggris yang baik dan benar.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka pada pembelajaran bahasa Inggris tentang “Regrets, Apologies, and Sympathy Expressions (Ekspresi penyesalan, permohonan maaf, dan rasa simpati)” akan digunakan teori konstruktivisme dengan menggunakan model Experiental Learning.
Konstruksi berarti bersifat membangun. Konstruktivisme adalah sebuah teori yang memberikan kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar atau mencari kebutuhannya dengan kemampuan untuk menemukan keinginan atau kebutuhannya dengan bantuan fasilitasi orang lain.
Teori konstruktivisme merupakan suatu teori yang dikembangkan dari teori belajar kognitif Piaget yang menegaskan bahwa pengetahuan dibangun dalam pikiran anak melalui asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah penyerapan informasi baru dalam pikiran, sedangkan akomodasi, adalah menyusun kembali struktur pikiran, karena adanya informasi baru, sehingga informasi tersebut mempunyai tempat (Ruseffendi 1988;133).
Teori konstruktivisme juga merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran kontekstual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
Teori pembelajaran konstruktivisme ini sama halnya dengan model pembelajaran experiental learning, yaitu suatu model dimana, proses belajar mengajar yang mengaktifkan pembelajar untuk membangun pengetahuan dan keterampilan melalui pengalamannya secara langsung. Experiental Learning adalah : proses dimana pengetahuan diciptakan melalui transformasi pengalaman. Hasil Pengetahuan dari kombinasi menggenggam dan mentransformasikan pengalaman (Kolb, 1984).
Model pembelajaran Experiental learning merupakan model pembelajaran yang diharapkan dapat menciptakan proses belajar yang lebih bermakna, dimana siswa mengalami apa yang mereka pelajari. Experiental learning (Pembelajaran Berdasarkan Pengalaman) memberi para siswa serangkaian situasi-situasi belajar dalam bentuk keterlibatan pengalaman sesungguhnya yang dirancang oleh guru. Melalui model belajar ini, siswa tidak hanya belajar tentang konsep materi belaka, hal ini dikarenakan siswa dilibatkan secara langsung dalam proses pembelajaran untuk dijadikan sebagai suatu pengalaman.
Berdasarkan penjelasan diatas, strategi pembelajaran yang digunakan dalam materi bidang studi bahasa Inggris ini adalah strategi pembelajaran Problem Based Learning (Pembelajaran berbasis masalah), yaitu suatu strategi pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilam pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuann dan konsep yang esensial dari materi pelajaran. Strategi Problem Based Learning ini merupakan suatu pendekatan Student Center Learning, yaitu pembelajaran yang berpusat pada siswa. Dalam hal ini, siswa dituntut untuk lebih aktif, karena kegiatan pembelajaran lebih terpusat kepada siswa.
Strategi pendekatan pembelajaran Problem Based Learning (PBL) ini memiliki keterkaitan antara teori konstruktivisme dan model pembelajaran Experiental Learning. Siswa menerapkan pengetahuan yang didapat dan yang dimilikinya tersebut untuk memecahkan suatu masalah, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman dalam belajar. Oleh sebab itu, strategi pembelajaran Problem Based Learning (PBL) sebaiknya digunakan dalam pembelajaran karena dengan PBL akan menjadikan pembelajaran yang bermakna.
B. Tujuan
Berdasarkan latar belakang diatas, maka tujuan dari penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut :
¨ Memberikan penjelasan tentang konsep umum dari teori belajar konstruktivisme ini dalam proses pembelajaran secara umum.
¨ Menjelaskan landasan dan kaitan antara pemakaian teori konstruktivisme ini dengan menggunakan model pembelajaran Experiental Learning dalam proses pembelajaran bahasa Inggris tentang “Regrets, Apologies, and Sympathy Expressions”.
¨ Menjelaskan karakteristik dan unsur penting dalam lingkungan pembelajaran kostruktivistik.
¨ Menunjukkan skema prosedur konstruktivisme.
¨ Menjelaskan prosedur / skenario pembelajaran yang berupa : kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
C. Manfaat
Dari tujuan diatas, maka dapat diperoleh manfaat dari Penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut :
¨ Pembaca dapat mengetahui dan memahami penerapan teori belajar konstruktivisme ini dengan menggunakan model pembelajaran Experiental Learning dalam bidang studi bahasa Inggris.
¨ Dapat mengetahui skenario pembelajaran dalam bidang studi bahasa inggris dengan menerapkan teori belajar konstruktivisme didalamnya.
¨ Untuk mengetahui pengaruh dari penerapan teori konstruktivisme ini di dalam pembelajaran bahasa Inggris terhadap hasil belajar yang dicapai oleh siswa / peserta didik.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Topik
Teori konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan menciptakan sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Konstruktivisme lebih memahami belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan memberi makna pada pengetahuannya, sesuai dengan pengalamannya. Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis.
Penerapan teori konstruktivisme dalam proses pembelajaran bahasa Inggris dengan mengangkat tema mengenai “Regrets, Apologies, and Sympathy Expressions” ini dapat dilihat dari seberapa besarkah pengetahuan awal atau pengalaman siswa tersebut dalam memahami materi yang akan dipelajari nantinya. Oleh karena itu, untuk kelancaran teori konstruktivisme ini dalam penerapan/pengaplikasiannya, maka pada proses pembelajarannya juga perlu menggunakan strategi, metode, model, media, serta pendekatan yang tepat. Hal ini, diharapkan agar tujuan akhir dari proses pembelajaran tersebut dapat tercapai dengan baik dan tepat sasaran.
B. Konsep Umum Teori Belajar Konstruktivisme
Beberapa Konsep umum dari teori belajar konstruktivisme ini, yaitu sebagai berikut :
1) Pelajar aktif membina pengetahuan berasaskan pengalaman yang sudah ada.
2) Dalam konteks pembelajaran, pelajar seharusnya membina sendiri pengetahuan mereka.
3) Pentingnya membina pengetahuan secara aktif oleh pelajar sendiri melalui proses saling mempengaruhi antara pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran terbaru.
4) Unsur penting dalam teori ini adalah seseorang membina pengetahuannya dirinya secara aktif dengan cara membangdingkan informasi baru dengan pemahamannya yang sudah ada.
5) Ketidakseimbangan merupakan faktor motivasi pembelajaran yang utama. Faktor ini berlaku apabila seorang pelajar menyadari gagasan-gagasannya tidak konsisten atau sesuai dengan pengetahuan ilmiah.
6) Bahan pengajaran yang disediakan perlu mempunyai kaitan dengan pengalaman pelajar untuk menarik minat pelajar.
C. Karakteristik Teori Belajar Konstruktivisme
Menurut pandangan konstruktivisme, Driver dan Bell (dalam Susan, Marilyn dan Tony, 1995:222) mengajukan karakteristik atau ciri-ciri dari teori belajar konstruktivisme ini, yaitu diantaranya :
1) Siswa tidak dipandang sebagai sesuatu yang pasif, melainkan memiliki tujuan.
2) Belajar mempertimbangkan seoptimal mungkin proses keterlibatan siswa.
3) Pengetahuan bukan sesuatu yang datang dari luar, melainkan dikonstruksi secara personal.
4) Pembelajaran bukanlah transmisi pengetahuan, melainkan melibatkan pengaturan situasi kelas.
5) Kurikulum bukanlah sekedar dipelajari, melainkan seperangkat pembelajaran, materi, dan sumber. Belajar merupakan proses aktif untuk mengembangkan skema sehingga pengetahuan terkait bagaikan jaring laba-laba dan bukan sekedar tersusun secara hirarkis (Hudoyo, 1998:5).
Dari penjelasan diatas, dapat dipahami bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang berlangsung secara interaktif antara faktor intern pada diri pebelajar dengan faktor ekstern atau lingkungan, sehingga melahirkan perubahan tingkah laku.
D. Unsur Penting dalam Lingkungan Pembelajaran Konstruktivisme
Beberapa unsur penting yang terdapat dalam pembelajaran konstruktivisme, adalah :
v Memperhatikan dan memanfaatkan pengetahuan awal siswa.
Siswa didorong agar dapat mengkonstruksi pengetahuan baru dengan memanfaatkan pengetahuan awal yang telah dimilikinya.
v Pengalaman belajar yang autentik dan bermakna.
Segala kegiatan yang dilakukan didalam pembelajaran dirancang sedemikian rupa sehingga bermakna bagi siswa. Oleh karena itu, minat, sikap, dan kebutuhan belajar
siswa benar-benar dijadikan bahan pertimbangan dalam merancang dan melakukan pembelajaran.
v Adanya lingkungan sosial yang kondusif.
Siswa diberi kesempatan untuk bisa berinteraksi secara produktif dengan sesama siswa maupun dengan guru.
v Adanya dorongan agar siswa bisa mandiri.
Siswa didorong untuk bisa bertanggung jawab terhadap proses belajarnya. Oleh karena itu, siswa dilatih dan diberi kesempatan untuk melakukan refleksi dan mengatur kegiatan belajarnya.
v Adanya usaha untuk mengenalkan siswa tentang dunia ilmiah.
Pembelajaran sains juga harus bisa melatih dan memperkenalkan siswa tentang “kehidupan” ilmuwan.
E. Skenario Pembelajaran
Indikator :
1) To express the regret and apologies correctly (Mengekspresikan rasa penyesalan dan permohonan maaf dengan benar).
2) To express sympathy properly (Mengekspresikan rasa simpati dengan tepat).
Pendekatan Pembelajaran :
Pendekatan pada penerapan teori konstruktivisme dalam proses pembelajaran bahasa Inggris ini yaitu menggunakan Student Center approach (Pendekatan Berpusat pada Siswa).
Tujuan Pembelajaran :
· The students will be able to express the regret and apologies correctly (Siswa mampu mengekspresikan rasa penyesalan dan permohonan maaf kepada seseorang dengan benar).
· The students will be able to express sympathy properly (Siswa mampu mengekspresikan rasa simpatinya dengan tepat).
Metode Pembelajaran :
Ø Explaining (penjelasan / ceramah).
Ø Question and Answer (Tanya Jawab).
Ø Discussion (Diskusi).
Ø Assignment (Penugasan).
Ø Role Playing (Bermain Peran).
Media yang Digunakan :
Ø Module.
Ø Handbook (buku pegangan).
Ø Pictures.
Teknik dan Taktik yang Dipakai :
Explaining (Ceramah) : Pada teknik explaining / ceramah ini, guru menjelaskan tentang suatu materi pelajaran kepada siswa agar siswa mengetahui apa yang akan dipelajarinya.
Question and Answer (Tanya Jawab) : Sebelum kegiatan inti dalam suatu pembelajaran berlangsung, guru dan siswa dapat melakukan tanya jawab seputar materi yang akan diajarkan. Hal ini berguna untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi tersebut dengan memanfaatkan pengetahuan awal (dasar) yang dimilikinya.
Discussion (Diskusi) : Siswa mendiskusikan dengan siswa lainnya dan guru mengenai materi pelajaran tersebut. contohnya: pada materi pelajaran “Regrets, Apologies, and Sympathy Expressions”, siswa mendiskusikan materi tersebut dengan teman-temannya dan dengan guru sehingga terbentuk pengetahuan baru yang nantinya dapat diaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Assignment (Penugasan) : Metode penugasan merupakan suatu cara dalam proses belajar mengajar dengan jalan memberi tugas kepada siswa. Penggunaan metode ini memerlukan pemberian tugas dengan baik, baik ruang lingkup maupun bahannya. Pelaksanaannya dapat diberikan secara individual maupun kelompok. Metode pemberian tugas ini, juga dapat dipergunakan untuk mendukung metode pembelajaran yang lainnya.
Role Playing (Bermain Peran) : Metode Role Playing merupakan suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dapat dilakukan oleh siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, tergantung pada apa yang diperankan. Permainan juga merupakan suatu pengalaman belajar yang menyenangkan bagi anak.
Strategi yang dipilih :
Strategi Problem Based Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah), yaitu strategi pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa dengan mengarahkan siswa untuk bersama-sama memecahkan suatu masalah.
Model Pembelajaran

F. Prosedur Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Awal :
¨ Penyampaian materi tentang “Regrets, Apologies, and Sympathy Expressions (Ekspresi penyesalan, permohonan maaf, dan rasa simpati)” oleh guru kepada siswa.
¨ Meminta pendapat siswa mengenai materi “Regrets, Apologies, and Sympathy Expressions” melalui metode tanya jawab.
Kegiatan Inti:
¨ Siswa membaca dan memahami sebuah percakapan yang terdapat pada buku pegangan siswa mengenai materi yang diajarkan.
¨ Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru berdasarkan percakapan tadi.
¨ Siswa diminta untuk mendiskusikan dengan temannya, materi yang sedang dipelajari mengenai, penggunaan kata yang tepat dalam mengekspresikan rasa penyesalan, permintaan maaf, serta rasa simpati (Regrets, Apologies, and Sympathy Expressions) kepada seseorang menggunakan bahasa Inggris yang benar.
¨ Siswa melakukan latihan dengan melengkapi sebuah kalimat percakapan.
¨ Siswa diminta untuk membuat suatu kelompok yang terdiri dari 2-4 orang dalam tiap kelompok.
¨ Siswa melakukan kerja kelompok (teamwork) untuk membuat sebuah percakapan tentang materi yang diajarkan.
Kegiatan Penutup :
¨ Siswa mulai bermain peran, yaitu dengan menampilkan hasil percakapan yang telah dibuat bersama teman sekelompoknya.
¨ Siswa merangkum materi pembelajaran hari ini dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Evaluasi / Penilaian :
¨ Oral Test (Role Play about their work), yaitu melakukan penilaian secara lisan berdasarkan penampilan percakapan dari siswa didepan kelas (Role Playing).
G. Skema Prosedur Kegiatan Pembelajaran

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konstruktivisme adalah sebuah teori yang memberikan kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar atau mencari kebutuhannya dengan kemampuan untuk menemukan keinginan atau kebutuhannya dengan bantuan fasilitasi orang lain.
Teori konstruktivisme merupakan suatu teori yang dikembangkan dari teori belajar kognitif Piaget yang menegaskan bahwa pengetahuan dibangun dalam pikiran anak melalui asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah penyerapan informasi baru dalam pikiran, sedangkan akomodasi, adalah menyusun kembali struktur pikiran, karena adanya informasi baru, sehingga informasi tersebut mempunyai tempat (Ruseffendi 1988;133).
Penerapan teori konstruktivisme dalam proses pembelajaran bahasa Inggris dengan mengangkat tema mengenai “Regrets, Apologies, and Sympathy Expressions” ini dapat dilihat dari seberapa besarkah pengetahuan awal atau pengalaman siswa tersebut dalam memahami materi yang akan dipelajari nantinya. Oleh karena itu, untuk kelancaran teori konstruktivisme ini dalam penerapan/pengaplikasiannya, maka pada proses pembelajarannya juga perlu menggunakan strategi, metode, model, media, serta pendekatan yang tepat. Strategi pembelajaran yang digunakan dalam materi ini adalah strategi pembelajaran Problem Based Learning (Pembelajaran berbasis masalah).
B. Saran
Berdasarkan penjelasan diatas, diharapkan penerapan teori belajar konstruktivisme pada bidang studi bahasa Inggris dengan materi “Regrets, Apologies, and Sympathy Expressions” ini dapat memberikan peningkatan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran tersebut. Untuk memcapai hal tersebut, sebagai seorang pendidik, guru sebaiknya benar-benar dapat menerapkan teori konstruktivisme dengan menggunakan Student Center Approach (Pendekatan berpusat pada sisiwa) dan strategi Problem Based Learning (PBL) semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut.
KEPUSTAKAAN
Chen, I. (1999). Sosial Constructivism: Problem Solving. Tersedia:http://www.coe.uh.edu/~
ichen/ebook/ET-IT/problems [19 Juli 1999]
Chen, I. (1999). Social Constructivism: Situated Learning. Tersedia: http://www.coe.uh.edu/~
ichen/ebook /ET-IT/situ-htm [19 Juli 1999]
Hamalik, Oemar. 2009. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara.
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Menyenangkan. Jakarta : Perpustakaan Nasional.
makasih atas postingannya
BalasHapus